Oleh: Yatimul Ainun
“Dalam kelam
Indonesia Suram, jadilah Bulan Bintang. Bulan memberikan terang dalam
kedamaian. Dia laksana hati yang bersih yang memancarkan cahaya Ilahi”.
Begitu sedikit bait puisi dari penulis untuk Partai Bulan Bintang (PBB).
Beberapa
pengamat politik dan politisi partai politik (parpol) terutama di era reformasi
di Indonesia saat ini, sudah memperkenalkan teori pencitraan kepada publik
untuk memperoleh suara pemilih dalam Pemilu. Teori pencitraan itu didukung
kalangan khususnya teoritisi komunikasi politik dan umumnya ilmu politik
meyakini penggunaan teori pencitraan terhadap Parpol dapat memiliki peran atau
memberi kontribusi di dalam menentukan proses demokratisasi. Hal itu tak hanya
diterapkan Partai Bulan Bintang. Tapi sudah dilakukan oleh semua partai peserta
Pemilu.
Dalam
perkembangannya, teori pencitraan diperkuat dengan kemunculan teori pemasaran
politik (political marketing) didukung kalangan khususnya teoritisi
manajemen pemasaran dan umumnya ilmu ekonomi. Pendukung teori pemasaran politik
juga meyakini, penggunaan pemasaran politik memiliki kontribusi atau peran di
dalam menentukan proses demokratisasi.
Melihat
kondisi demikian, penulis diminta untuk menelisik perjalanan Partai Bulan
Bintang untuk membangun pencitraan ke publik.
Karena, citra (image) itu adalah salah satu aset terpenting parpol.
Citra parpol positif atau baik di mata publik bergantung pada pengetahuan,
kepercayaan dan persepsi publik tentang parpol. Pada gilirannya dapat mendorong
publik untuk mendukung dan memberikan suara kepada parpol tersebut dalam
Pemilu.
Di
Indonesia perkembangan politik kepartaian sejak Pemilu tahun 1990-an ditandai
dengan kesadaran akan upaya kehumasan tampak tidak hanya terfokus pada kegiatan
kampanye dengan metode orasi di tengah lapang, namun lebih pada komunikasi
politik melalui berbagai media massa.
Teori
pencitraan parpol pada umumnya menggunakan pendekatan pemasaran politik.
Pemasaran politik (political marketing) adalah ilmu baru yang mencoba
menggabungkan teori-teori marketing dalam kehidupan politik. Sebagai cabang
ilmu, pemasaran politik masih tergolong baru. Namun, telah menjadi popular
dalam ranah politik di negara demokrasi industri maju.
Kini,
parpol mulai berlomba-lomba memanfaatkan ilmu ini, untuk strategi kampanye baik
untuk mendapatkan dukungan politik dalam Pemilu maupun memilihara citra sepanjang
saat dalam jeda Pemilu. Sebelum banyak mengupas tentang proses pencitraan dalam
marketing politik, penulis memulai bahasan ini dari sebuah sejarah singkat
berdirinya Partai Bulan Bintang.
Ditelisik
dari sejarah berdirinya, yang ditulis dalam websiten Partai Bulan Bintang (PBB),
adalah sebuah partai politik di Indonesia yang berasaskan Islam. Partai tersebut
berdiri pada 17 Juli 1998 di Jakarta dan dideklarasikan pada Jumat 26 Juli 1998
di halaman Masjid Al-Azhar, Kemayoran Baru Jakarta.
Sejak awal
berdiri, Partai Bulan Bintang ini didukung oleh ormas-ormas Islam tingkat
Nasional. Seperti Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI), Badan Koordinasi dan Silaturahmi Pondok Pesantren
Indonesia (BKSPPI), Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI), Forum Silaturahmi Ulama,
Habaib dan Tokoh Masyarakat (FSUHTM), Persatuan Islam (PERSIS), Partai Serikat
Islam Indonesia (PSII), Persatuan Umat Islam (PUI), Perti, Al-Irsyad, Komite
untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI), Persatuan Pekerja Muslim Indonesia
(PPMI), Lembaga Hikmah, Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI).
Didukung
juga oleh Pelajar Islam Indonesia (PII), Gerakan Pemuda Islam (GPI), KB-PII,
KB-GPI, Hidayatullah, Asyafiiyah, Badan Koordinasi Pemuda dan Remaja Masjid
Indonesia (BKPRMI), Badan Koordinasi Muballigh Indonesia (Bakomubin), Wanita
Islam, Ikatan Keluarga Masjid Indonesia (IKMI), Ittihadul Mubalighin, Forum
Antar Kampus dan Lembaga Penelitian Pengkajian Islam (LPPI).
Berbagai
ormas tersebut bergabung di dalam Badan Koordinasi Umat Islam (BKUI) yang
didirikan pada 12 Mei 1998. BKUI merupakan pelanjut dari Forum Ukhuwah
Islamiyah (FUI) yang didirikan pada 1 Agustus 1989 oleh Pemimpin Partai Masyumi
yaitu DR.H. Mohammad Natsir, Prof.DR.HM Rasyidi, KH Maskur, KH Rusli Abdul
Wahid, KH Noer Ali, DR. Anwar Harjono, H Yunan Nasution, KH Hasan Basri dan banyak
bberapa kiai lainnya.
Pada
awal berdirinya PBB dipimpin oleh Prof. DR. Yusril Ihza Mahendra, tokoh
reformasi yang menjadi arsitek berhentinya Soeharto dari jabatan Presiden RI
ketika reformasi bergulir dan juga sebagai tokoh yang mempelopori Amandemen
Konstitusi Pasca reformasi ditengah tuntutan Federalisme dari berbagai tokoh
reformasi ketika itu dan pernah pula menjadi Menteri Hukum dan Hak Azasi
Manusia dan Menteri Sekretaris Negara.
Sedangkan
DR. H.MS. Kaban diangkat sebagai Sekretaris Jendral, tokoh HMI yang sangat
disegani dan pernah menjabat sebagai Menteri Kehutanan yang juga dikenal tanpa
kompromi dengan para cukong kayu dan perambah hutan Indonesia. Berikutnya MS
Kaban dipilih sebagai Ketua Umum PBB pada 1 Mei 2005 dan Drs.H. Sahar L. Hasan sebagai Sekjen.
Sejak
Muktamar ke-3, April 2010, di Medan partai ini telah menetapkan kembali DR.H.MS
Kaban sebagai Ketua Umum dan Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH., M.Sc. sebagai
Ketua Majelis Syuro dan BM Wibowo,SE.,
MM., mantan Sekretaris Jenderal Organisasi Massa Islam Hidayatullah, sebagai
Sekretaris Jenderal.
Partai
Bulan Bintang sejak reformasi telah
menjadi peserta pemilu dan telah mengikuti Pemilu tahun 1999, 2004 dan Pemilu
tahun 2009. Pada Pemilu tahun 1999, Partai Bulan Bintang mampu meraih 2.050.000
suara atau sekitar 2 persen dan meraih 13 kursi DPR RI. Sementara pada Pemilu
2004 memenangkan suara sebesar 2.970.487 pemilih (2,62 Persema) dan mendapatkan
11 kursi di DPR.
Dalam
Pemilihan Umum Anggota Legislatif 2009, PBB memeroleh suara sekitar 1,8 juta
yang setara dengan 1,7 persen dan dengan system parliamentary threshold 2,5
persen sehingga berakibat hilangnya wakil PBB di DPR RI, meski di beberapa
daerah pemilihan beberapa calon anggota DPR RI yang diajukan mendapatkan
dukungan suara rakyat dan memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Anggota
DPR RI.
Namun
PBB masih memiliki sekitar 400 Anggota DPRD baik di tingkat Propinsi maupun
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Adapun visi PBB adalah terwujudnya
kehidupan masyarakat Indonesia yang Islami. Misinya, untuk membangun masyarakat
dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri berkepribadian tinggi, cerdas,
berkeadilan, demokratis dan turut menciptakan perdamaian dunia berdasarkan
nilai-nilai Islam.
Dari
sejarah singkat Partai Bulang Bintang diatas, kini banyak pesan dan gerakan
yang dilakukan PBB. Baik pesan melalui memasang benner, baliho dan iklan di
banyak media, baik televisi, media cetak, radio dan media online. Pengaruh
pesan yang disampaikan tersebut jelas akan banyak efek yang menguntungkan
partai.
Dari
analisis penulis, tentang pengaruh pesan yang disampaikan parpol melalui media
masa memiliki nilai signifikan terhadap keputusan memilih masyarakat, meskipun
ini memang bukan satu-satunya faktor. Parpol tidak hanya memanfaatkan jasa konsultan
kehumasan, juga membuat media khusus untuk mengkomunikasikan visi, misi dan
program parpol. Selain itu, ada parpol
mempunyai website sebagai kelengkapan instrumen kampanye. Semua informasi
Parpol disajikan secara detil di website tersebut. Seperti apa yang dilakukan
PBB, dengan membuat website, bulan-bintang.org.
Dalam
teori pencitraan, parpol pada umumnya menggunakan pendekatan pemasaran politik.
Pemasaran politik (political marketing) adalah ilmu baru yang mencoba
menggabungkan teori-teori marketing dalam kehidupan politik. Sebagai cabang
ilmu, pemasaran politik masih tergolong baru, namun telah menjadi popular dalam
ranah politik di negara demokrasi industri maju.
Konsep
inti pemasaran adalah bagaimana transaksi diciptakan, difasilitasi dan dinilai.
Transaksi adalah pertukaran nilai antara dua pihak, juga terjadi saat seseorang
menukarkan dukungannya dengan harapan mendapatkan pemerintahan lebih baik.
Konsep pemasaran politik merupakan kegiatan memasyarakatkan ideologi politik,
tokoh politik, perjuangan politik telah lama dipraktikkan di negara demokrasi
maju seperti Amerika Serikat.
Melalui
logika pemasaran politik, kedekatan parpol dengan konstituen dan massa
mengambang tetap terjaga setiap saat. Tercipta pendidikan politik masyarakat
dengan menempatkan masyarakat sebagai subyek politik, bukan obyek politik
sebagaimana disikapi pada saat kampanye Pemilu saja. Logika pemasaran politik
menghindari keterputusan hubungan Parpol dan masyarakat konstituen.
Pendekatan
pemasaran politik menggunakan teori-teori mengenai perilaku konsumen.
Pendekatan ini digunakan karena saat menggunakan hak pilihnya, pemilih
melakukan pengambilan keputusan untuk mempertukarkan hak suaranya dengan pilihan
terhadap parpol tertentu sama seperti perilaku konsumen mempertukarkan uang
untuk membeli barang/jasa tertentu.
Pendekatan
pemasaran politik memperkirakan, individu berperilaku berdasarkan keingingan
untuk terikat dengan perilaku tersebut dan faktor apa saja mempengaruhi
keinginan untuk memilih parpol. Penerapan pendekatan pemasaran memungkinkan parpol
mengetahui apa secara siginifikan mempengaruhi keinginan untuk memilih parpol
dan memasarkan parpol secara tepat demi mendapatkan suara pemilih.
Pendekatan
pemasaran politik juga percaya, keinginan untuk memlih parpol signifikan
dipengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh sikap terhadap parpol
dan norma subyektif interpersonal. Pengaruh sikap terhadap parpol signifikan
karena orang mengidentifikasikan diri terhadap parpol, bukan terhadap pemimpin.
Bagi
pendukung parpol, pendekatan pemasaran politik, ada sejumlah alasan mengapa
penting menggunakan pemasaran politik bagi parpol. Pertama, politisi parpol
percaya telah terjadi pergeseran paradigm pemilih dari paradigma ideologis
menjadi paradigma pragmatis. Masyarakat cenderung melihat program kerja
ditawarkan oleh parpol dibandingkan dengan alasan ideologis.
Hal
ini terlihat dari fenomena semakin membesarnya persentase pemilih non-partisan dan
juga masa mengambang. Pemilih non-partisan yakni kelompok pemilih tidak menjadi
anggota atau mengikat diri secara ideologis dengan parpol tertentu. Di samping
itu, adanya persaingan politik dan sistem multipartai dianut serta semakin
kritis masyarakat dalam memilih parpol.
Parpol
dituntut menjadi lebih kreatif dalam menganalisis permasalahan negara dan
rakyat. Parpol paling bagus menyusun program kerja mempunyai peluang lebih
besar memenangkan perolehan suara pemilih dalam Pemilu. Agar menganalisis permasalahan
dan menyusun program kerja bagus, maka dilakukan polling dan berbagai kegiatan
riset lain. Riset merupakan kebutuhan sangat penting untuk pemetaaan
permasalahan, segmentasi pemilih dan pemetaan program kerja. Riset kuat dalam
hal menyangkut aspirasi masyarakat. Kemampuan mengidentifikasikan permasalahan
daerah untuk diketengahkan sebagai permasalahan kampanye di daerah tertentu.
Hal itu cukup memungkinkan untuk parpol sebagai modal menumbuhkan citra sebagai
organisasi politik peduli pada kebutuhan aktual di daerah.
Mislanya,
apa yang dilakukan sosok calon presiden yang diusung PBB secara resmi, yakni
Yusril Ihza Mahendra. Ia mendatangi Malang, untuk bertemu dengan ribuan buruh
di sebuah pabrik rokok di Kepanjen, Kabupaten Malang. Seperti dikutip Liputan6.com,
Yusril siap membela buruh jika dirinya terpilih menjadi Presiden pada 2014
mendatang. Gerakan Yusril adalah contoh gerakan pencitraan dan upaya mencari
dukungan untuk dirinya dan partainya. Karena berdasarkan keputusan Majelis
Syuro Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra telah ditetapkan sebagai
calon presiden (capres). “Pemilu 2014 mendatang, akan menjadi kesempatan
terakhir bagi saya,” kata Yusril.
Sementara,
di Indonesia pemasaran politik, mulai dikenal tetapi belum meluas dalam ranah
politik maupun kajian akademis. Kegiatan politik parpol disadari atau tidak parpol
telah melakukan serangkaian kegatan ini sebagai missal pengumpulan massa (temu
kader, tabligh akbar dan deklarasi), pawai di jalan-jalan, liputan media
cetak (TV, Koran, Majalah, Radio, dll) atas kegiatan parpol sampai ke kunjungan
wakil-wakil parpol ke komunitas konstituen maupun komunitas tertentu telah
biasa dilakukan.
Intenstitas
interaksi Parpol dan masyarakat sering hanya terjadi pada waktu menjelang
Pemilu melalui pelaksanaan kampanye. Pada masa ini, parpol berlomba-lomba
menawarkan produk politik berupa ideologi, gagasan, kebijakan dan rekan jejak.
Masyarakat dijadikan seperti “pasar sesaat” atau “pasar kaget” untuk mendengar,
melihat dan memilih produk mereka.
Di
luar “pasar sesaat” ini, komunikasi politik parpol dengan masyarakat terputus.
Akibatnya, Parpol tidak menjalankan fungsi pendidikan politik bagi masyarakat
dan pada gilirannya kehilangan daya kritis untuk mengontrol parpol dan
pemerintahan. Karena itu, parpol menggunakan pendekatan pemasaran politik hanya
pada kampanye Pemilu semata. Padahal pendekatan pemasaran politik sendiri
sesungguhnya menekankan pentingnya kinerja sebuah parpol selain kegiatan
pemasaran atau pencitraan.
Setelah
masa Pemilu berakhir, Parpol harus dapat memenuhi janji-janji atau produk
politik sudah ditawarkan kepada masyarakat atau pemilih.Pemilih atau masyarakat
harus memperoleh kepuasan. Baik teori pencitraan dalam komunikasi politik
maupun pendekatan pemasaran politik percaya, ada hubungan erat antara citra
parpol dan perilaku pemilih.
Penciptaan
dan pembentukan pencitraan positif parpol digarap dan dikelola sedemikian rupa
baik sepanjang maupun pasca kampanye. Untuk menciptakan pengetahuan dan
persepsi masyarakat. Hal ini diperlukan komunikasi politik. Dalam
perkembangannya, teori pencitraan mendorong parpol untuk melakukan komunikasi
politik melalui media massa.
Mengapa?
Karena luas jangkauan jauh lebih luas ketimbang sarana-sarana komunikasi
politik lain. Pesan dan informasi politik parpol lebih mudah menjangkau
rumah-rumah pemilih dalam Pemilu melalui media massa ini ketimbang melalui
komunikasi interpersonal dengan kader-kader Parpol pada strata masyarakat bawah
umumnya di daerah perdesaan (rural areas).
Penggunaan
media massa sangat penting dalam proses kampanye dan sosialisasi politik dalam
Pemilu. Karena, dalam konteks politik modern, media massa bukan hanya menjadi
bagian integral dari politik, tetapi juga memiliki posisi sentral dalam
politik. Karenanya, media massa merupakan saluran komunikasi politik yang banyak
digunakan untuk kepentingan menyebarluaskan informasi, menjadi forum diskusi
publik dan mengartikulasikan tuntutan masyarakat beragam.
Mengutip
apa yang ditulis Adman Nursal (2004), dalam bukunya berjudul “Political
Marketing, Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye
Pemilihan DPR,DPD”. Bahwa berdasarkan catatan Wring (1996) aktivitas
marketing-politik telah digunakan sejak Pemilu di Inggris pada tahun 1929.
Ketika itu, Partai Konservatif menggunakan agen biro iklan (Holford-Bottomley
Advertising Service) dalam membantu mendesain dan mendistribusikan poster.
Di
Indonesia, sebenarnya marketing politik sudah lama berjalan di Indonesia,
seperti di yang dilakukan pada zaman orde baru dulu, yang sudah banyak
spanduk-spanduk berisi tentang ajakan bergabung untuk mengikuti tabligh akbar
atau musyawarah daerah, yang diadakan partai politik produk orde baru.
Adapun
tujuan ataupun misi terakhir yang akan dicapai political marketing
adalah starategi kampanye politik untuk membentuk serangkaian makna politis
tertentu dalam pikiran para pemilih.
Serangkaian makna politis akan menjadi orientasi perilaku yang akan
mengarahkan pemilih untuk memilih kontestan tertentu. Makna politis inilah yang
kemudian menjadi output penting political marketing yang
menentukan, pihak yang mana yang akan dicoblos oleh pemilih.
Menurut
Adman Nursal ada sembilan elemen yang
terpenting dalam polical marketing yang tidak boleh dilepaskan harus
fokus dengan sembilan elemen tersebut. yakni positioning, targeting,
policy, person, party, presentation, push
marketing, pull marketing, pass marketing, dan polling.
Pertama,
Positioning bergandengan dengan targeting. Yakni, tindakan untuk
manancapkan citra tertentu kedalam benak para pemilih agar tawaran produk
politik dari suatu kontestan yang memiliki posisi khas, yang jelas mencari
jendela di dalam otak pemilih. Misalnya, dalam marketing politik adalah
bagaimana Partai Bulan Bintang (PBB) menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa
PBB adalah partai Islam yang lebih unggul dibandingkan dengan partai yang lain.
Artinya membangun image dan citra di dalam otak para pemilih atau
konstituen.
Dalam
disiplin marketing, “menempatkan” seorang kandidat atau sebuah partai dalam
pikiran para pemilih disebut positioning. Atau positioning sering
kali juga diartikan tindakan untuk manancapkan citra tertentu kedalam benak
para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kontestan yang memiliki posisi khas, yang jelas mencari
jendela di dalam otak pemilih.
Positioning
yang efektif akan menunjukkan perbedaan nyata dan keunggulan sebuah kontestan
di banding kan dengan kontestan pesaing: bahwa pesaing tidak dapat mewujudkan
tawaran-tawaran tertentu sebaik pihak yang mancanangkan positioning
tersebut.
Positioning dan
targeting sebagai penetapan segmen pasar yang akan di raih. Semua
aktifitas untuk menanamkan kesan di benak para konsumen agar mereka bisa
membedakan produk dan jasa dihasilkan oleh organisasi bersangkutan.
Kedua,
adalah Policy yang berhubungan dengan “program kerja” yang ditawarkan
para konstestan ketika terpilih kelak, menawarkan solusi terhadap permasalahan
kebangsaan, memunculkan isu-isu yang diangap penting dan dapat diterima oleh
konstituen, program kerja yang dapat diterima, yang menarik, mudah terserap
oleh para pemilih.
Di
banyak benner atau baliho yang disebar PBB, memunculkan slogan “Selalu ada
Solusi” dan selalu terdapat foto soso Yusril Ihza Mahendra, sosok paling diandalkan
dan memiliki pemikiran mampu memberikan solusi jika ada persoalan yang dihadapi
masyarakat. Terutama soal pembelaan hukum.
Secara
ideal, policy yang dijabarkan dalam program kerja yang merupakan “jualan”
utama kontestan pemilu. Pandangan ideal inilah agaknya yang menyebabkan
sebagian politisi mengandalkan keunggulan policy dalam kampanye-kampanye
tertentu. Tetapi sayangnya, keunggulan policy saja ternyata tidak sepenuhnya
mampu mendongkrak perolehan suara. Sejumlah politisi dari beberapa Partai
peserta pemilu 1998 dengan tawaran policy yang canggih, dan sebenarnya
merupakan solusi dari masalah kebangsaan gagal memperoleh kursi. Termasuk yang
terjadi pada Partai Bulan Bintang.
Elemen
ketiga adalah Person. Kandidat legislatif atau eksekutif yang akan
dipilih dalam pemilu, kualitas person dapat dilihat melalui tiga dimensi yaitu
kualitas instrumental, dimensi simbiolis,
dan fenotipe optis, ketiga dimensi ini dikelola agar atributable.
Secara umum dalam political marketing, kualitas dari seorang figur dapat
dilihat dari tiga dimensi: kualitas instrumental, faktor simbolis, dan fenotipe
optis. (Firmanzah, 2007:159).
Kualitas
instrumental adalah kompetensi fungsional. Kompetensi manajerial berkaitan
dengan kemampuan menyusun rencana, pengorganisasian, pengendalian, dan
pemecahan masalah untuk mencapai sasaran obyektif. Sementara kompetensi
fungsional adalah keahlian dalam bidang-bidang tertentu yang diangap penting
dalam menjalankan tugas teknologi dan sebagainya. Kualitas instrumental
merupakan sebuah keahlian dasar yang dimiliki kandidat agar sukses menjalankan
tugasnya.
Keempat,
adalah Party. Produk politik partai, yang mempunyai identitas utama,
aset reputasi, dan identitas estites, ketiga hal tersebut akan dipertimbangkan
oleh para pemilih dalam menetapkan pilihanya. Dari perspektif manajemen
operasional, party merupakan sebuah mesin politik dengan aneka kegiatan
politik, tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperoleh kekuasaan
atau ikut mengendalikan kekuasaan.
Untuk
memperoleh dan mengadalikan kekuasaan, Partai berusaha berebut simpati para
pemilih dengan menawarkan policy dan person yang diharapkan
sesuai dengan aspirasi pemilih. Dengan demikian Partai juga dapat disebut
sebagai organisasi yang menghasilkan produk- produk politik. (Harris P, 2008: 209). PBB, ada sosok Yusril
dan ia tergolong bersih dari perilaku korup. Sosok tegas dan memiliki kemampuan
kenegaraan yang cukup luar bisa. Sosok Yusril yang bisa “dijual” oleh PBB.
Elemen
kelima adalah Presentation. Bagaimana membungkus dengan baik ketiga
elemen diatas (produk, person, party) ini disajikan dengan bungkusan semenarik
mungkin, presentasi sangat penting karena dapat mempengaruhi makna politis yang
membentuk dalam pemikiran para pemilih. Presentation disajikan dengan
medium presentasi secara umum dapat di kelompokkan menjadi objek fisik, orang
dan event.
Elemen
keenam; push markekting adalah penyampain produk politik secara langsung
kepada para pemilih, produk politik disampaikan kepada pasar politik yang
meliputi media massa dan influencer group sebagai pasar perantara, dan
para pemilih sebagai pasar tujuan akhir. Pendekatan push marketing pada
dasarnya adalah usaha agar produk politik dapat menyentuh para pemilih secara
langsung atau dengan cara yang lebih customized (personal).
Selanjutnya
adalah elemen ketujuh: Pull markting adalah penyampaian produk politik
yang dimanfaatkan atau disampaikan melalui media massa. Seperti memasang iklan
dan sejenisnya di banyak media cetak dan elektronik, radio serta media online.
Elemen
kedelapan; pass marketing adalah penyampaian produk politik kepada
kelompok yang berpengaruh (influencer group). PBB terlihat sudah
mengajak para tokok sentral di beberapa daerah dan bahkan menjadikan sosok
tersebut sebagai calon legislatif. Baik dilevel kabupaten/kota, provinsi hingga
pusat.
Elemen
kesembilan dari marketing politik adalah Polling dan survai adalah
penting dijalankan dalam strategi marketing politik tujuannya adalah untuk
melihat apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, supaya kita tahu sampai dimana
iklan kita di terima oleh para pemilih, apa yang harus disampaikan, dan apa
yang harus diubah dan apa yang harus diteruskan. Polling, riset, survei
tidak bisa di pungkiri sangat penting dalam proses marketing politik.
Secara
lebih spesifik dan terkait dengan produk politik dalam marketing politik yaitu:
kandidat, partai, dan kebijakan, dibutuhkan sinergi strategi yang optimal,
penggunaannya dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan produk politiknya.
Dalam produk kandidat yang diusung PBB misalnya, strategi push dibutuhkan untuk
memperkecil jarak antara kandidat dengan calon pemilih; strategi pull
digunakan untuk membentuk kesadaran dan pengenalan publik terhadap kandidat
sekaligus program-program yang diajukannya. Sementara strategi pass
digunakan untuk memperoleh dukungan dari tokoh masyarakat untuk mobilisasi
massa.
Dari
bberapa ulasan diatas, terkait upaya yang dilakukan PBB, dalam membangun citra
partai dilihat dari marketing politik yang dilakukan, banyak melakukan yang
berdampak pada penilaian sosial, yang hal itu dipengaruhi bagaimana seorang
individu memahami pesan yang ditangkap oleh inderanya dan akhirnya membentuk
perilaku.
Produk
yang dipasarka oleh PBB, adalah penyebaran pesan dalam berbagai cara pendekatan
untuk mencari dan memperoleh dukungan politik. Hal itu bisa dilihat dari
upayanya, pertama, dalam hal Push Marketing, dimana kandidat atau partai
politik berusaha mendapatkan dukungan melalui stimulan yang diberikan secara
langsung kepada pemilih. Yusril Ihza Mahendra sebagai calon presiden yang
diusung PBB, sudah mulai turun mendekati rakyat ke berbagai daerah di
Indonesia.
Sudah
melakukan Pass Marketing. Yakni, memasarkan produk politik melalui orang
atau kelompok berpengaruh yang mampu mempengaruhi opini pemilih. Yusril
mendatangi banyak tokoh berpengaruh seperti kiai dan mengisi acara di banyak
perguruan tinggi di Indonesia. Menjebarkan konsepnya jika terpilih jadi
presiden nantinya.
Selanjutnya
adalah melakukan Pull Marketing. Dimana pemasaran produk politik melalui
media massa yang menitikberatkan pada image atau citra produk politik
tersebut. Menyebarkan benner dimana-mana bersama para calon legislatif yang
diusungnya dan banyak memasang iklan di banyak media. Baik cetak maupun
elektronik. Hal itu yang dilakukan oleh Partai Bulan Bintang, jelang pemilu
2014 mendatang.(*)
Daftar
Pustaka
Harahap,
Effendi Muchtar. (2013). Politik Kepartaian Era Reformasi: Peran Ideologi,
Koalisi dan Dana Ilegal. Jakarta. NSEAS & IEPSH in Processing.
Nursal Adman. (2004).
Political Marketing, Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru
Kampanye Pemilihan DPR,DPD. Jakarta: PT Gramedia.
http://news.liputan6.com/read/764674/diusung-pbb-sebagai-capres-yusril-ini-kesempatan-terakhir
http://news.liputan6.com/read/764580/jadi-capres-pbb-yusril-langsung-serang-jokowi/?related=pbr&channel=n
http://news.liputan6.com/read/754203/pbb-yusril-ihza-jadi-capres-jika-lolos-ambang-batas-pileg-2014